Selasa, 01 Maret 2011

Perkembangan Awal Sosiologi, (materi Kelas x)

Ilmu tentang masyarakat dan lingkungan
Pendahuluan
Sejak lahir hingga sekarang kita hidup di tengah masyarakat. Kehidupan bersama itu, menimbulkan berbagai pengalaman berhubungan dengan orang lain. Di satu pihak, kita membutuhkan orang lain. Di lain pihak, kita ingin sendiri dan tidak ingin diganggu.Singkatnya, pengalaman hidup dengan orang lain, mulai dari keluarga, sekolah, sampai masyarakat menyadarkan kita akan persamaan maupun perbedaan kita dengan orang lain.
Untuk memahami seseorang dengan baik, kita perlu memahami masyarakat dimana orang tersebut hidup. Bahkan untuk memahami diri sendiri dengan baik, kita perlu memahami masyarakat dimana kita hidup. Sebab “masyarakat”, mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan seorang individu. Mengenai hal itu, seorang Sosiolog Charles Wright Mills, guru besar dari Columbia University, pernah memberikan illustrasi demikian :
“Ketika sebuah masyarakat menjadi masyarakat industri,seorang petani akan
berubah menjadi buruh; tuan tanah akan berganti menjadi seorang pebisnis
Ketika kelas sosial menanjak atau turun, seseorang akan memperoleh pekerjaan
atau kehilangan pekerjaan ; ketika terjadi perang seorang sales asuransi akan
seorang peluncur roket; penjaga toko menjadi pengawas radar; isteri akan hidup
sendirian; anak-anak tumbuh besar tanpa pendamping seorang ayah. Dalam
sejarah masyarakat, tak pernah ada kehidupan individu yang dapat dipahami
tanpa memahami keduanya ( individu dan masyarakat)……karena itu kita
membutuhkan cara berpikir yang membantu kita untuk melihat apa yang sedang
berlangsung dalam masyarakat dan kaitannya dengan apa yang mungkin sedang
terjadi dalam diri kita sendiri. Itu adalah sebuah realitas yang disebut imajinasi
sosiologis” ( Sumber : mills dalam macionis ,1997;11)

Imajinasi sosiologis (sosiological imagination) adalah kemampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial sambil memperhatikan dan menganalisis hal-hal yang terjadi. Istilah yang dipopulerkan oleh Charles Wright Mills ini dimaksudkan untuk membantu agar manusia tidak menyalahkan diri sendiri atas segala masalah yang dihadapi dan lebih memahami keadaan, misalnya mengapa ada banyak orang miskin dan sedikit orang kaya, atau ada orang bisa memperoleh pendidikan tetapi ada yang tidak, sehingga dengan imajinasi sosiologis seseorang yang mempelajari sosiologi dapat memilah mana fakta sosial tentang dirinya yang berkaitan dengan posisinya di masyarakat dan dimana fakta sosial yang merupakan hasil dari usahanya sendiri.
A. Perkembangan Sosiologi
Pada awalnya semua ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini pernah menjadi bagian dari “ Filsafat”, yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan. Filsafat pada saat ini merupakan ilmu yamg mencakup segala usaha pemikiran mengenai masyarakat. Akan tetapi, sejalan dengan berjalannya waktu dengan segala perkembangan masyarakatnya, berbagai ilmu yang tergabung dalam filsafat tersebut mulai memisahkan diri dan mengembangkan diri untuk mencapai tujannya masing-masing. Misalnya, Astronomi yang sebelumnya bernama Kosmologi merupakan ilmu tentang bintang-bintang. Fisika yang sebelumnya adalah filsafat alamiah merupakan ilmu alam dari cabang filsafat yang pertama kali memisahkan diri. Kemudian diikuti oleh Kimia, Biologi dan Geologi. Sementara itu “filsafat kejiwaan” dan “filsafat sosial” kemudian berkembang menjadi “Psikologi” dan “Sosiologi”.
1. Rintisan kelahiran sosiologi
Pada saat Sosiologi masih dianggap sebagai ilmu yang bernaung di dalam filsafat dan disebut filsafat sosial, materi yang dibahas tidak dapat dikatakan sebagai ilmu sosiologi yang dikenal seperti saat ini karena pada saat itu materinya masih mengandung unsur etika, yaitu materi tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu atau das sollen, sedangkan sosiologi yang berkembang saai ini merupakan ilmu tentang bagaimana kenyataan masyarakat itu atau das sein. Beberapa ilmuwan yang mengembangakan filsafat sosial, diantaranya Plato (420-374 SM) yang membahas unsur-unsur sosiologi dalam pembahasannya tentang negara. Aristoteles (384-322 SM) membahas unsur-unsur sosiologi dalam hubungannya dengan etika sosial, yaitu bagaimana seharusnya tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia ataupun dalam kehidupan sosialnya. Singkatnya mereka beranggapan bahwa masyarakat terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Kemakmuran maupun krisis dalam masyarakat merupakan masalah yang tidak terelakkan.
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan (mengapa bisa begini atau mengapa bisa begitu) dan pertanggungjawaban ilmiah (bukti ini atau itu) tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.
Sosiologi modern berakar pada karya para pemikir abad Pencerahan, pada abad ke-17. Abad ini ditandai oleh beragam penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Pemikir terkemuka dari abad ini antara lain Galileo Galilei, Isaac Newton, James Watt, Guttenberg. Merekalah penggerak roda kemajuan ilmu pengetahuan modern. Derasnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa pengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat. Pandangan ini harus juga berciri ilmiah, artinya perubahan yang terjadi dalam masyarakat harus dapat dijelaskan secara masuk akal (rasional). Caranya dengan menggunakan metode ilmiah.
2. Abad Revolusi : pemicu lahirnya sosiologi
Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini.Sejumlah perubahan besar terjadi di dunia, terutama di Eropa. Perubahan terjadi secara revolusioner karena dengan cepat struktur (tatanan) masyarakat lama berganti dengan struktur yang baru. Revolusi sosial sepanjang abad ke-18 M itu, paling jelas tampak dalam Revolusi Industri, Revolusi Perancis dan Revolusi Amerika. Ketiga revolusi itu berpengaruh ke seluruh dunia. Hal ini wajar mengingat kawasan Asia dan Afrika ketika itu menjadi koloni Eropa.
a. Pengaruh Revolusi Amerika
Pada tahun1776, warga koloni Inggris di Amerika Utara mendeklarasikan kemerdekaan. Mereka mendirikan negara “ Republik”, dengan pemerintahan yang sama sekali baru untuk saat itu. yakni pemerintahan “Demokrasi”, umumnya negara pada masa itu berbentuk kerajaan dengan pemerintahan monarki absolut, dimana raja berkuasa mutlak.
Pemerintahan demokrasi merupakan gagasan para pemikir Eropa seperti John Locke, Rousseau, Montesquieu. Berhasilnya revolusi Amerika membuktikan bahwa gagasan kedaulatan rakyat memang dapat dilaksanakan. Keberhasilan ini membangkitkan semangat demokrasi di kalangan rakyat Eropa. Meskipun tidak seperti Amerika, rakyat menuntut pemerintahan monarki yang konstitusional (berdasarkan undang-undang). Revolusi Amerika menggugah kesadaran akan pentingnya hak azasi manusia. Selama ini, martabat manusia ditentukan oleh keturunan ataupun kedudukan dalam masyarakat. Akibatnya, terbentuk kelas-kelas dalam masyarakat: kalangan elite dan kalangan jelata. Berdasarkan gagasan hak azasi manusia, martabat siapapun adalah setara.
b. Pengaruh Revolusi Industri
Sejak awal abad ke-18 M, mulai dari Inggris, terjadi perubahan besar dalam cara memproduksi : dari tenaga manusia ke tenaga mesin, dari industri rumah tangga ke industri pabrik dan produksi kecil ke produksi besar. Perubahan ini membawa pengaruh pada kehidupan ekonomi, lalu kehidupan bermasyarakat.
Revolusi Industri berpengaruh terhadap munculnya kalangan baru dalam masyarakat. Satu pihak adalah para pemilik modal yang disebut kaum kapitalis. Lain pihak pihak adalah para pekerja pabrik yang biasa disebut kaum buruh. Kehadiran kedua kelompok ini mengubah secara drastis struktur sosial terutama di kota-kota.
Struktur sosial lama yang menempatkan kalangan bangsawan dan rohaniawan sebagai penguasa berganti dengan struktur sosial baru yang didominasi kaum kapitalis dan buruh. Kaum kapitalis menjadi kuat karena merekalah yang mengendalikan ekonomi. Kaum buruh yang secara ekonomi amat lemah menjadi berpengaruh setelah bersatu dalam satu serikat buruh. Peranan kaum kapitalis merintis berlakunya sistem ekonomi liberal. Pada gilirannya, gejala itu berpengaruh pada kehidupan sosial politik berupa liberalisme. Sedangkan pengaruh kaum buruh dalam kehidupan sosial politik tampak dari lahirnya sosialisme, sebagai reaksi terhadap liberalisme.


c. Pengaruh Revolusi Perancis
Revolusi Perancis adalah masa dalam sejarah Perancis antara tahun 1789 dan 1799 di mana para demokrat dan pendukung republikanisme menjatuhkan monarki absolut di Perancis dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi yang radikal.
Revolusi Perancis menguatkan tersebarnya semangat liberalisme di segala bidang kehidupan, baik ekonomi, politik, dan sosial. Khususnya dibidang sosial, semangat liberalisme muncul dalam kesadaran akan hak azasi manusia. Sementara di bidang politik, semangat liberalisme tampak dari diterapkannya hukum atau undang-undang.
Akibat kesadaran akan hak azasi manusia yang dijamin hukum, struktur masyarakat lama mengalami perubahan total. Tidak ada lagi pengistimewaan terhadap kalangan tertentu dalam masyarakat. Sebelumnya, rakyat biasa digolongkan warga kelas tiga dibandingkan kaum rohaniawan dan bangsawan. Sekarang, semua warga diakui sama secara hukum.
Pertanyaan mengenai perubahan masyarakat, perubahan masyarakat yang terjadi semasa abad revolusi betul-betul mencengangkan. Struktur masyarakat yang ratusan tahun berlaku seolah diobrak-abrik. Sulit dipercaya, seorang raja yang tadinya berkuasa mutlak kini harus tunduk kepada undang-undang. Begitu pula bangsawan dan rohaniawan yang tadinya bergelimang dengan hak istimewa, kini setara haknya dengan rakyat jelata dan banyak kerajaan-kerajaan besar terpecah-belah menjadi negara-negara baru.
Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyaksikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
• Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
• Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
• Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

3. Kelahiran sosiologi
Sosiologi lahir di Eropa. Mengapa harus di Eropa ? Harus diakui, Benua Eropa memang merupakan kawasan yang beruntung. Alasannya, sejak masa sebelum masehi sampai abad ke-19, kawasan itu menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia. Memang ada juga pusat peradaban unggul dibelahan dunia lainnya (seperti Cina, Afrika Utara dan Timur Tengah). Namun, hanya Eropalah yang terus menumbuhkan peradaban sehingga berpengaruh ke seluruh dunia. Oleh karena itu, tidak heran beragam ilmu pengetahuan berkembang di Eropa, termasuk Sosiologi.
Sejak abad ke-19, sejumlah ilmuwan menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Kenyataan bergolaknya masyarakat di masa itu semakin menggugah semangat mereka. Para ilmuwan itu berupaya membangun teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Untuk membangun teori itu, perhatian mereka tercurah pada perbandingan masyarakat dan peradaban manusia dari masa ke masa.
Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama Auguste Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Ilmuwan Perancis ini memperkenalkan istilah “sosiologi” sebagai pendekatan khusus untuk mempelajari masyarakat. Pendekatan khusus ini sebetulnya metode ilmiah yang biasa digunakan dalam ilmu alam (sains). Dengan demikian, Comte merilis upaya penelitian terhadap masyarakat yang selama berabad-abad sebelumnya dianggap mustahil

Auguste Comte.
Info sosio
Auguste Comte : Bapak Sosiologi Modern
Auguste Comte lahir 19 januari 1798 di Montellier yang terletak di bagian selatan Perancis. Karier profesionalnya dengan memberikan les matematika. kehidupan ekonominnya yang pas-pasan dan hampir selalu hidup dalam kemiskinan tidak menghilangkan ketekunan dan kecermelangan intelektualnya. Kondisi-kondisi sosial dan perubahan perubahan besar-besaran yang terjadi di masyarakat pada masa kehidupannya berpengaruh besar dalam mendorong pemikirannya.
Comte berpendapat bahwa perkembangan akal budi manusia merupakan sebab utama perubahan yang terjadi di masyarakat. Ia mengemukakan hukum tiga tahap yang menyangkut perkembangan pemikiran masyarakat. Tahap-tahap tersebut, yaitu teologis, metafisik dan positif. tahap-tahap ini ditentukan oleh cara berpikir yang dominan yang berkembang dalam masyarakat, yang kemudian meluas ke pola-pola kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat.
Tahap teologis merupakan tahap dimana manusia memandang gejala alam diakibatkan oleh roh, dewa atau Yang Maha Kuasa. Jadi, mereka menggunakan gagasan-gagasan keagamaan untuk menerangkan setiap gejala-gejala alam. Tahap ini merupakan tahap yang paling lama dalam sejarah manusia.
Tahap metafisik ditandai oleh suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal budi. Akan tetapi, tahap metafisik ini tidak menghasilkan pengetahuan baru karena hanya menunjukan pergeseran cara berpikir seperti bahwa hujan diturunkan oleh dewa, pada tahap ini dipahami sebagai “ hukum alam “.
Tahap positif merupakan puncak perkembangan masyarakat. Tahap ini ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan karena manusia sepenuhnya mempercayai dan menggunakan kemampuan akalnya untuk memahami alam. Ilmu pengetahuan ini dibangun melalui penelitian dan data empiris yang berguna dalam menemukan hukum-hukum universal.

Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin (semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.
1) Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
2) Herbert Spencer 1876, Di Inggris mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
3) Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
4) Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.

Secara umum, pendekatan yang ditawarkan oleh para ilmuwan sosial di abad ke-19 cenderung makro. Bagi mereka, perubahan suatu masyarakat dapat diprediksi (diramalkan) dari karakteristik (ciri khas) masyarakat itu secara keseluruhan. Alasan mereka, karakteristik suatu masyarakat berpengaruh terhadap perilaku para warganya beserta perubahan sosial yang akan terjadi. Pendekatan makro ini kemudian mendapat kritik dari para ilmuwan sosial di abad ke-20.
Kelahiran sosiologi modern
Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. kondisi ini berkaitan erat dengan berbagai gejolak sosial yang terjadi di kedua negara tersebut.
Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.
Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

1 komentar: